Seminar Internasional Bahas Kualitas Demokrasi dalam Perspektif Lokal

Pada Rabu, 15 Juni 2022, Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam (FUSI) UIN Sumatera Utara (UIN SU) menyelenggarakan seminar internasional bertajuk “Wajah Demokrasi Kita: Kualitas Demokrasi Dalam Perspektif Kita”. Acara ini berlangsung di Kampus II UIN SU, Jl. Williem Iskandar Pancing, dan juga melalui platform Zoom Meeting.

Seminar ini diawali dengan sambutan pembuka dari Rektor UIN SU, Prof. Dr. Syahrin Harahap, M.A., dan Dekan FUSI UIN SU, Prof. Dr. Amroeini Drajat, M.Ag. Keduanya menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang kualitas demokrasi, khususnya dari perspektif lokal yang unik dan beragam.

Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber berpengalaman, antara lain Assoc. Prof. Dr. Mohammad Reevany Bustami dari Universitas Sanint Malaysia, Prof. Dr. Josef Mofokeng dari Universitas Teknologi Tshwane di Pretoria, Afrika, serta beberapa akademisi dan praktisi dari dalam negeri seperti Herdensi, S.Sos., MSP dari KPU Provinsi Sumatera Utara dan Suhadi Sukendar Situmorang dari Bawaslu Provinsi Sumatera Utara.

Pembahasan dalam seminar ini berfokus pada pentingnya kualitas demokrasi dari perspektif lokal. Setiap negara dan budaya memiliki pengalaman unik dalam mempraktikkan dan mengembangkan demokrasi. Oleh karena itu, seminar ini bertujuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai, tantangan, dan aspirasi masyarakat lokal dalam upaya memahami esensi sejati demokrasi dalam konteks yang berbeda-beda.

Dalam acara ini, berbagai isu penting turut dibahas, seperti kebebasan politik, keadilan dalam proses pemilihan, inklusivitas partisipasi politik, serta efektivitas institusi demokratis. Selain itu, para peserta juga diajak untuk mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.

Seminar ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam merumuskan rekomendasi dan gagasan konstruktif untuk memajukan demokrasi di Indonesia, dengan memperhatikan berbagai perspektif dan aspirasi masyarakat lokal. Melalui dialog yang inklusif dan berbasis budaya, upaya ini diharapkan mampu mendorong reformasi demokratis yang lebih berkelanjutan.