Stunting, atau gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi, merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan anak-anak lebih pendek dan mengalami keterlambatan perkembangan kognitif, yang berdampak negatif pada kemampuan belajar mereka dan berisiko tinggi pada kesehatan di masa depan. Di Indonesia, stunting mencapai prevalensi yang tinggi, dengan angka 30,8% pada tahun 2018, jauh di atas rata-rata global sebesar 21,3%.
Pemerintah Indonesia telah menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024 melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. Program percepatan penurunan stunting ini melibatkan berbagai sektor dan tingkat pemerintahan untuk memastikan intervensi yang efektif dan terintegrasi.
Kota Sibolga, sebagai salah satu daerah prioritas dalam upaya penurunan stunting, telah melaksanakan berbagai program konvergensi untuk mengatasi masalah ini. Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Kota Sibolga menurun dari 5,10% pada tahun 2022 menjadi 3,62% pada tahun 2023. Upaya ini termasuk program seperti Pondok Gizi (POKZI), pelatihan kader, dan pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak-anak.
Namun, pelaksanaan program tersebut menghadapi berbagai tantangan. Beberapa hambatan yang diidentifikasi antara lain keterbatasan sarana dan prasarana, terutama alat antropometri, serta kebutuhan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Selain itu, terdapat isu terkait kebijakan dan koordinasi antar lembaga yang mempengaruhi efektivitas program.
Penelitian terbaru mengenai evaluasi implementasi program konvergensi percepatan penurunan stunting di Kota Sibolga mengungkapkan beberapa faktor pendorong dan penghambat. Faktor pendorong termasuk adanya komitmen dari pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat yang aktif. Sementara itu, penghambat utama meliputi kekurangan alat ukur, kurangnya pemahaman yang menyeluruh mengenai program, serta koordinasi yang belum optimal antar lembaga.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mendalam mengenai pelaksanaan program, serta menyusun rekomendasi untuk perbaikan di masa depan. Evaluasi ini melibatkan wawancara mendalam dengan berbagai pihak terkait, termasuk SKPD, kader posyandu, dan masyarakat penerima manfaat.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi input penting bagi perbaikan kebijakan dan pelaksanaan program percepatan penurunan stunting di Kota Sibolga, serta memberikan panduan bagi upaya serupa di daerah lain. Dengan dukungan yang lebih baik dan koordinasi yang lebih efektif, diharapkan angka stunting dapat terus menurun dan meningkatkan kualitas kesehatan serta kesejahteraan anak-anak di Indonesia.