Kalibawang, Kulon Progo — Suasana Kapanewon Kalibawang, yang terletak di wilayah utara Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendadak semarak sejak Senin, 7 Juli 2025. Ratusan mahasiswa dari 34 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) se-Indonesia tiba untuk mengikuti rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Nusantara 2025 yang tahun ini dipusatkan di kawasan perbukitan Menoreh.
Dengan mengenakan almamater dari berbagai institusi, para mahasiswa berbaris rapi dalam prosesi pembukaan yang dilangsungkan di lapangan apel Kapanewon Kalibawang. Wajah-wajah penuh haru dan semangat mewarnai momen ini, menandai awal dari pengabdian yang akan mereka jalani di 25 dusun yang tersebar di wilayah tersebut.

Program KKN Nusantara merupakan inisiatif dari Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (DIKTIS) Kementerian Agama Republik Indonesia, dan pada tahun ini dipercayakan kepada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai penyelenggara utama. Mengusung tema “Merawat Ekoteologi, Membangun Negeri,” program ini menekankan pada pentingnya kepedulian ekologis dan sosial sebagai bagian dari agenda pengabdian mahasiswa di tengah masyarakat.
Dalam sambutannya, Dr. Nur Khafid, selaku Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTIS Kemenag RI, menyampaikan bahwa pengabdian di tengah masyarakat adalah bentuk pembelajaran kontekstual yang sangat berharga. Menurutnya, kehadiran mahasiswa bukan semata untuk membantu, tetapi juga untuk memahami dan meresapi makna kemanusiaan dalam realitas yang sesungguhnya.
Pihak Pemerintah Kapanewon Kalibawang, melalui Panewu Kalibawang Risdiyanto Nugroho, S.STP., M.Eng., menyampaikan apresiasinya terhadap program ini. Ia menilai bahwa kehadiran mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia akan memberi dampak positif bagi masyarakat lokal, terutama dalam memperkuat nilai-nilai kerukunan dan adaptasi sosial di tengah keberagaman budaya yang ada.

Lebih dari sekadar pengabdian, pelaksanaan KKN Nusantara ini juga sejalan dengan visi besar Kementerian Agama RI yang tertuang dalam Astraprotas Kemenag, serta mendukung pencapaian Astacita Pemerintah Indonesia 2024–2029. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya diposisikan sebagai pelaksana KKN, melainkan sebagai agen transformasi sosial, perekat kebangsaan, dan motor perubahan di tengah masyarakat.
Kawasan Kalibawang dipilih dengan pertimbangan khusus, mengingat potensi ekologis dan keberagaman budayanya yang kaya. Tantangan geografis berupa jalanan terjal, akses komunikasi yang terbatas, dan kehidupan desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota diyakini menjadi ruang belajar yang sangat bermakna bagi mahasiswa.
Sebagaimana simbolisasi penanaman bibit kopi yang dilakukan pada prosesi pembukaan, mahasiswa diharapkan tidak hanya menanam pohon, tetapi juga menanam harapan—baik bagi masyarakat maupun bagi pertumbuhan diri mereka sendiri sebagai insan akademis yang siap mengabdi dan berkontribusi nyata.
KKN Nusantara 2025 ini tidak semata menjadi ajang rutin pengabdian tahunan, tetapi juga sebagai wahana refleksi diri dan pembelajaran sosial. Mahasiswa ditantang untuk menanggalkan ego intelektual, menumbuhkan empati, serta menyelami dinamika kehidupan masyarakat secara utuh.


Sebagaimana disampaikan dalam pesan penutup kegiatan pelepasan, “Belajarlah dengan sungguh-sungguh, karena di sinilah kalian akan memahami hakikat kehidupan. Meski berbeda budaya dan latar, inilah ruang belajar yang sesungguhnya—tempat kalian diuji, apakah mampu menjadi agen perubahan yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat.”
Kehadiran mahasiswa KKN Nusantara di Kalibawang menjadi representasi nyata dari keterlibatan institusi pendidikan tinggi keagamaan dalam menyapa dan membersamai masyarakat hingga ke pelosok desa. Bagi masyarakat, ini adalah bentuk nyata hadirnya negara. Bagi mahasiswa, ini adalah perjalanan intelektual dan spiritual yang akan membekas seumur hidup.